Pada tahun 2010, sektor sekunder menerima 52,50% dari investasi yang ditanamkan di Jawa Barat. Secara umum, sektor yang memperoleh investasi terbesar melalui PMDN adalah sektor transportasi, gudang & komunikasi. Sedangkan industri logam, mesin dan elektronika merupakan jenis industri yang mendapat alokasi investasi terbesar melalui PMA.Di tahun 2010 alokasi investasi PMA terbesar masih diperoleh oleh Kabupaten Bekasi sebesar42,15% dari total investasi PMA.Jepang masih merupakan Negara yang paling banyak menanamkan investasinya di Jawa Barat. Pada tahun 2010, investasi yang ditanamkan oleh industri Jepang sebesar 45,52% dari total investasi melalui PMA.

 Rencana Investasi dan Tenaga Kerja dari Proyek PMA dan PMDN

Sektor Usaha

PMA

PMDN

Proyek

Investasi (Rp) Juta

Tenaga Kerja

Proyek

Investasi (Rp) Juta

Tenaga Kerja

I. Sektor Primer

1

35.000

60

-

-

-

Tanaman Pangan & Perkebunan

-

 

 

-

-

-

Peternakan

1

35.000

60

-

-

-

Kehutanan

-

-

-

-

-

-

Perikanan

-

-

-

-

-

-

Pertambangan

-

-

-

-

-

-

II. Sektor Sekunder

335

32.892 758,83

157.815

48

11.627 870,67

7.974

Industri Makanan

26

2.882.945,69

3.758

8

639 800

1830

Industri Tekstil

60

3.082.500,57

54.159

8

217 .283,41

951

Industri Kulit & Alas Kaki

8

881.900

25.680

1

26.180,07

240

Industri Kayu

3

16.000,00

160

-

-

-

Inds, Kertas & Percetakan

5

38.489,34

341

3

487.680

604

Inds, Kimia & Farmasi

25

4.083.460,71

2 621

4

775.132,96

231

Inds, Karet & Plastik

44

7.842 964,14

12 573

7

610.126,43

640

Inds, Mineral Non Logam

-

-

-

-

-

-

Inds, Logam, Mesin&Elektronika

95

8.872.394,40

25.726

6

493.432,98

751

Inds, Instrument Kedokteran, Presisi, Optik & Jam

1

30.621

100

1

12.600

29

Inds, Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi Lain

21

761.575

4 119

2

112.157,31

400

Industri Lainnya

47

4.399.907,98

28 578

8

8.253.477,51

2.298

III. Sektor Tersier

37

4.140.412.54

1.679

11

982.418

787

Listrik, Gas & Air

4

2.971.500

209

-

-

-

Konstruksi

-

-

-

1

900.000

900.000

Perdagangan & Reparasi

21

732.912.54

629

8

68.418

379

Hotel & Restoran

2

122.500

430

-

-

-

Transportasi, Gudang, & Komunikasi

-

-

-

-

-

-

Perumahan, Kawasan Industri,& Perkebunan

1

3.000

156

-

-

-

Jasa Lainya

9

310.500

255

2

14.000

158

 

I. BIDANG PERTANIAN

Pertanian di Provinsi Jawa Barat secara umum memiliki potensi yang besar dan variatif, dan didukung oleh kondisi agroekosistem yang cocok untuk pengembangan komoditas pertanian dalam arti luas (tanaman pangan, ternak, ikan, dan hutan). Jawa Barat sebagai produsen 40 (empat puluh) komoditas agribisnis terbesar di Indonesia, khususnya komoditas padi yang memberikan kontribusi 18% terhadap produksi padi nasional. Sektor pertanian juga memiliki tingkat penyerapan tenaga kerja yang tinggi yaitu rata-rata sebesar 29,65 persen dari jumlah penduduk bekerja, meskipun prosentase penyerapannya cenderung menurun. Namun hubungan antar subsistem pertanian dan sektor lain (linkages) belum sepenuhnya menunjukkan sinergitas pada skala lokal, regional dan nasional, hal ini tercermin dari pengembangan agroindustri yang belum optimal dalam pengolahan dan pemasarannya. Pengembangan yang bersifat sektoral pada sistem pertanian serta ketidaksiapan dalam menghadapi persaingan global merupakan kendala yang masih dihadapi sektor pertanian. Komunitas unggulan Jawa Barat pada tahun 2010 masih didominasi oleh beberapa komoditas palawija, tanaman semusim dan sayuran.

 

A. Tanaman Pangan

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat mencatat produksi padi Jawa Barat pada tahun 2010 mencapai 11,73 juta ton yang terdiri dari 11,27 juta ton padi sawah dan 0,46 juta ton padi ladang. Jumlah ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2009 dengan total produksi 11,32juta ton yang terdiri dari 10,92 juta ton padi sawah dan 0,39 juta ton padi ladang. Luas lahan sawah di Jawa Barat tercatat meningkat dari 945.074 hektar pada tahun 2008 meningkat menjadi 949.914 hektar pada tahun 2009. Dengan rincian sawah dengan sistem irigasi teknis 39,39%, sawah beririgasi setengah teknis 13,86%, sawah dengan sistem irigasi sederhana 10,96%, sawah dengan sistem irigasi bukan PU 16,26%, dan sawah tadah hujan 19,34 dan polder lainnya 0,20%. Pada tahun 2009, terjadi penurunan proporsi luasan sawah dengan sistem irigasi dan bertambahnya proporsi luasan sawah tadah hujan. Untuk palawija, luas panen jagung masih merupakan yang terluas, yaitu mencapai 153.778 hektar dengan jumlah produksi 923,962 ribu ton. Namun, untuk produksi terbesar dalam komoditas palawija adalah ubi kayu yaitu 2,1 juta ton dengan produktivitas 191,81 kw/ha.

Tanaman padi memiliki produktivitas yang paling tinggi dibandingkan tanaman pangan lainnya yang berada di lokasi Kabupaten Ciamis (61,8 kw/ha), Kabupaten Tasikmalaya (61,56 kw/ha), Cimahi (61,49 kw/ha), Sukabumi (61,27 kw/ha) dan Kabupaten Garut (60,65 kw/ha). Sedangkan produktivitas jagung terbesar berada di lokasi Kabupaten Garut (60,65 kw/ha), Kabupaten Ciamis (61,80 kw/ha), Kabupaten Majalengka (56,16 kw/ha), dan Kabupaten Bandung Barat (56,99 kw/ha). Sementara, produktivitas ubi kayu terbesar berada di lokasi Kabupaten Purwakarta (242,68 kw/ha), Kabupaten Garut (221,60 kw/ha), Kabupaten Karawang (205,82 kw/ha), Kabupaten Bogor (202,36 kw/ha) dan Kabupaten Tasikmalaya (200,26 %). Dan produktivitas ubi jalar terbesar berada di lokasi Kabupaten Kuningan (173,22 kw/ha), Kabupaten Purwakarta (172,03 kw/ha), Kabupaten Karawang (155,26 kw/ha), Kabupaten Bogor (153,50 kw/ha) dan Cimahi (150,94 kw/ha).



Potensi Investasi Sektor Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat

Komoditas

Lokasi

Potensi (produktivitas)

Padi

Kabupaten Ciamis

61,8 kw/ha

Kabupaten Tasikmalaya

61,56 kw/ha

Cimahi

61,49 kw/ha

Sukabumi

61,27 kw/ha

Kabupaten Garut

60,65 kw/ha

Provinsi Jawa Barat

57,60 kw/ha

Jagung

Kabupaten Garut

60,65 kw/ha

Kabupaten Ciamis

61,80 kw/ha

Kabupaten Majalengka

56,16 kw/ha

Kabupaten Bandung Barat

56,99 kw/ha

Provinsi Jawa Barat

60,08 kw/ha

Ubi Kayu

Kabupaten Purwakarta

242,68 kw/ha

Kabupaten Garut

221,60 kw/ha

Kabupaten Karawang

205,82 kw/ha

Kabupaten Bogor

202,36 kw/ha

Kabupaten Tasikmalaya

200,26 kw/ha

Provinsi Jawa Barat

191,80 kw/ha

Ubi Jalar

Kabupaten Kuningan

173,22 kw/ha

Kabupaten Purwakarta

172,03 kw/ha

Kabupaten Karawang

155,26 kw/ha

Kabupaten Bogor

153,50 kw/ha

Cimahi

150,94 kw/ha

Provinsi Jawa Barat

143,42 kw/ha

 

 Sumber: http://www.diperta.jabarprov.go.id



B. Tanaman Buah-Buahan

Pada tahun 2010, produksi buah-buahan terbesar adalah pisang yaitu sebesar 1.090.777 ton. Selain itu, tanaman holtikultura juga didominasi oleh alpukat dan belimbing. Produktivitas pisang terbesar berada di lokasi Cimahi, Kabupaten Garut, Kabupaten Sukabumi, Depok dan Kabupaten Indramayu. Sedangkan produktivitas buah alpukat terbesar berada di lokasi Depok, Bekasi, Cimahi, Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Garut.Selanjutnya untuk komoditas belimbing berada di lokasi Depok, Cimahi, Bogor, Kabupaten Bogor dan Bekasi. Komoditas unggulan jambu biji berada di Sukabumi, Cimahi, Depok, Bogor dan Bandung.

 

 

 Potensi Investasi Sektor Pertanian Tanaman Buah-Buahan Provinsi Jawa Barat

Komoditas

Lokasi

Potensi (produktivitas)

Pisang

Kota Cimahi

0,57 kw/pohon

Kabupaten Garut

0,48 kw/pohon

Kabupaten Sukabumi

0,34 kw/pohon

Depok

0,32 kw/pohon

Kabupaten Indramayu

0,31 kw/pohon

Provinsi Jawa Barat

0,23 kw/pohon

Alpukat

Depok

2,50 kw/pohon

Bekasi

1,22 kw/pohon

Cimahi

0,83 kw/pohon

Kabupaten Indramayu

0,70 kw/pohon

Kabupaten Garut

0,67 kw/pohon

Provinsi Jawa Barat

0,28 kw/pohon

Belimbing

Depok

1,28 kw/pohon

Cimahi

0,84 kw/pohon

Bogor

0,62 kw/pohon

Kabupaten Bogor

0,46 kw/pohon

Bekasi

0,36 kw/pohon

Provinsi Jawa Barat

0,32 kw/pohon

Jambu Biji

Kota Sukabumi

0,81 kw/pohon

Kota Cimahi

0,77 kw/pohon

Kota Depok

0,64 kw/pohon

Kota Bogor

0,63 kw/pohon

Kota Bandung

0,49 kw/pohon

Provinsi Jawa Barat

0,25 kw/pohon

 Sumber: http://www.diperta.jabarprov.go.id


C. Tanaman Sayuran

Dalam komoditas tanaman sayuran, yang menjadi unggulan di Jawa Barat adalah bawang merah, tomat, kubis, kentang, sawi, ketimun, cabe, bawang daun, labu siam dan jamur. Sementara itu, komoditas obat-obatan Jawa Barat pada tahun 2010 didominasi oleh jahe, kapulaga, dan kunyit.



Berdasarkan hasil analisis terhadap produktivitas tanaman sayuran di Jawa Barat, dapat diklasifikasikan komoditas unggulan yang terdapat di Jawa Barat berdasarkan lokasi (kabupaten).

Potensi Investasi Sektor Pertanian Tanaman sayuran Provinsi Jawa Barat

Komoditas

Lokasi

Potensi (produktivitas)

Tomat

Kabupaten Bandung

493,02 kw/ha

Kota Bogor

288,08 kw/ha

Kabupaten Garut

268,34 kw/ha

Kota Sukabumi

208,70 kw/ha

Kabupaten Sukabumi

206,30 kw/ha

Provinsi Jawa Barat

241,21 kw/ha

Kubis

Kabupaten Garut

245,66 kw/ha

Kabupaten Majalengka

231,48 kw/ha

Kabupaten Bandung

232,29 kw/ha

Kabupaten Sumedang

219,04 kw/ha

Kabupaten Kuningan

182,84 kw/ha

Provinsi Jawa Barat

223,75 kw/ha

Kentang

Kabupaten Garut

217,37 kw/ha

Kabupaten Sukabumi

209.09 kw/ha

Kabupaten Bandung

204,75 kw/ha

Kabupaten Kuningan

192,96 kw/ha

Kabupaten Sumedang

152,37 kw/ha

Provinsi Jawa Barat

202,98 kw/ha

Cabe Merah

Kabupaten Bandung

217,02 kw/ha

Kota Bekasi

143,33 kw/ha

Kabupaten Kuningan

138,92 kw/ha

Sukabumi

134,44 kw/ha

Kabupaten Tasikmalaya

137,59 kw/ha

Provinsi Jawa Barat

94,15 kw/ha

Bawang Merah

Kabupaten Bandung

113,60 kw/ha

Kabupaten Cirebon

96,26 kw/ha

Kabupaten Garut

93,03 kw/ha

Kabupaten Majalengka

89,30 kw/ha

Kabupaten Sumedang

84,47 kw/ha

Provinsi Jawa Barat

95,66 kw/ha

 

Sumber: http://www.diperta.jabarprov.go.idhttp://westjavainvest.orghttp://www.investor.co.id

D. Potensi Perkebunan

Dari 30 jenis komoditas perkebunan yang diusahakan di Jawa Barat, 9 komoditas perkebunan yang menjadi unggulan Jawa Barat adalah komoditas kelapa, tebu, teh, karet, kopi, aren, tembakau, cengkeh, dan mendong. Sedangkan untuk komoditas perkebunan lainnya termasuk ke dalam jenis komoditas prospektif dan rintisan di Jawa Barat. Dalam kurun waktu 2007-2010, dari 9 komoditas unggulan Jawa Barat, komoditas teh, dan karet menunjukkan penurunan jumlah produksi, sedangkan sisanya menunjukkan peningkatan. Dari sisi produktivitas, kelapa sawit memiliki produktivitas tertinggi sebesar 14.458 ton per hektar, diikuti oleh komoditas tebu sebesar 4.666 kg per hektar. Serta kelapa dalam dan tehsebesar 1.100 dan 1,445kg per hektar.




Potensi Investasi Sektor Perkebunan Provinsi Jawa Barat

Komoditas

Lokasi

Potensi (produktivitas)

Tebu

Kabupaten Garut

63,56 kw/ha

Kabupaten Cirebon

54,86 kw/ha

Kabupaten Sumedang

26,38 kw/ha

Kabupaten Majalengka

24,93 kw/ha

Provinsi Jawa Barat

27,21 kw/ha

Teh

Kab. Bandung Barat

16,65 kw/ha

Kab. Bandung

15,97 kw/ha

Kab. Purwakarta

13,58 kw/ha

Kab. Subang

12,64 kw/ha

Kab. Garut

12,48 kw/ha

Provinsi Jawa Barat

10,48 kw/ha

Karet

Kab. Subang

14,06 kw/ha

Kab. Bandung Barat

10,97 kw/ha

Kab. Purwakarta

10,13 kw/ha

Kab. Ciamis

8,88 kw/ha

Kab. Garut

7,32 kw/ha

Provinsi Jawa Barat

6,75 kw/ha

Kelapa

Kab. Bandung Barat

24,20 kw/ha

Kota Tasikmalaya

12,42 kw/ha

Kota Banjar

9,07 kw/ha

Kota Sukabumi

7,14 kw/ha

Provinsi Jawa Barat

5,68 kw/ha

Kopi

Kab. Karawang

19,67 kw/ha

Kab. Bogor

4,99 kw/ha

Kab. Bandung

4,89 kw/ha

Kab. Subang

4,58 kw/ha

Kab. Garut

4,63 kw/ha

Provinsi Jawa Barat

3,71 kw/ha

Cengkeh

Kab. Karawang

43,13 kw/ha

Kab. Bandung Barat

4,63 kw/ha

Kab. Sumedang

2,66 kw/ha

Provinsi Jawa Barat

1,67 kw/ha

 

E. Potensi Perikanan dan Kelautan

Produksi perikanan dan kelautan pada tahun 2010 secara umum mengalami peningkatan dibanding dengan produksi tahun 2009. Produksi perikanan budidaya meningkat dari 376.157 rumah tangga menjadi 414.562 rumah tangga. Pada tahun 2011, total produksi ikan hasil penangkapan danbudidaya sebesar 347,79 ribu ton, dengan nilai produksi sebesar 4,53 triliun rupiah. 


Potensi Investasi Sektor Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat

Komoditas

Lokasi

Potensi (jlh. produksi)

Budidaya Kolam

Kab. Indramayu

51.852 ton

Kab. Bogor

31.167 ton

Kab. Garut

29.955 ton

Kab. Tasikmalaya

26.600 ton

Provinsi Jawa Barat

233.892 ton

Perairan Laut

Kab. Indramayu

108.555 ton

Kab. Cirebon

27.151 ton

Kab. Subang

18.244 ton

Provinsi Jawa Barat

180.403 ton

Tambak

Kab. Indramayu

82.150 ton

Kab. Karawang

35.324 ton

Kab. Bekasi

22.601 ton

Kab. Cirebon

15.541 ton

Kab. Subang

13.609 ton

Provinsi Jawa Barat

170.805 ton

Budidaya Jaring Apung

Kab. Purwakarta

88.629 ton

Kab. Cianjur

39.121 ton

Kab. Bandung Barat

27.126 ton

Provinsi Jawa Barat

157.195 ton

 

F. Potensi Peternakan

Komoditas ternak unggulan di Jawa Barat didominasi oleh sapi potong, sapi perah, kerbau, kuda, kambing, domba, babi, ayam buras, ayam ras petelur, ayam ras pedaging, dan itik. Pada tahun 2010, populasi sapi potong sebanyak 327.750 ekor atau naik 5,39% dibanding tahun 2009 yaitu sebanyak 310.981 ekor. Populasi sapi perah meningkat sebesar 2,24% dari tahun 2009 sebanyak 117.839 ekor menjadi 120.475 ekor pada tahun 2010, pertumbuhan populasi domba sebesar 2,33%, kambing 3,77%, ayam ras petelur 7,15%, ayam ras pedaging, 13,52% dan populasi itik tumbuh sebesar 20,16%. Sementara itu, populasi ayam buras mengalami penurunan sebesar 3,44%.

Potensi Investasi Sektor Peternakan Provinsi Jawa Barat

Komoditas

Lokasi

Potensi (produksi)

Sapi Potong

Kab. Ciamis

33.548 ekor

Kab. Tasikmalaya

33.548 ekor

Kab. Sumedang

29.701 ekor

Kab. Cianjur

29.263 ekor

Kab. Subang

21.172 ekor

Provinsi Jawa Barat

327.750 ekor

Sapi Perah

Kab. Bandung Barat

30.214 ekor

Kab. Bandung

29.702 ekor

Kab. Garut

17.302 ekor

Provinsi Jawa Barat

120.475 ekor

Kambing

Kab. Karawang

757.636 ekor

Kab. Ciamis

153.641 ekor

Kab. Bogor

119.337 ekor

Kab. Bekasi

109.233 ekor

Kab. Cianjur

101.345 ekor

Provinsi Jawa Barat

1.801.302 ekor

Domba

Kab. Karawang

1.126.510 ekor

Kab. Garut

718.720 ekor

Kab. Purwakarta

589.164 ekor

Kab. Sukabumi

509.757 ekor

Kab. Cianjur

354.459 ekor

Provinsi Jawa Barat

6.005.299 ekor

Ayam Buras

Kab. Cianjur

3.242.751 ekor

Kab. Ciamis

2.814.759 ekor

Kab. Indramayu

1.961.738 ekor

Kab. Bandung

1.686.999 ekor

Kab. Karawang

1.667.001 ekor

Provinsi Jawa Barat

27.394.516 ekor

 
G. Potensi Kehutanan

Perkembangan pemasaran produksi kayu bulat yang dihasilkan Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2009 menunjukkan adanya penurunan sebesar 0,11 % dibandingkan dengan tahun 2008. Produksi kayu bulat jati pada tahun 2009 sebanyak 102.265,99 m3 dari 114.691,46 m3 pada tahun 2008. Demikian pula produksi kayu bulat rimba dari 259.731,67 m3 pada tahun 2008 menjadi 252.948,60 m3 pada tahun 20099. Sementara itu, untuk produksi hasil hutan non kayu, terjadi peningkatan produksiyang signifikan pada kurun waktu tahun 2009-2010 terjadi pada produksi getah pinus, sedangkan produksi lainnya relatif meningkat signifikan, kecuali untuk produksi getah damar (dari 17.065 ton menjadi 210,77 ton) dan (18.450 kg menjadi 340 kg).

Potensi Investasi Sektor Kehutanan Provinsi Jawa Barat

Komoditas

Lokasi (Menurut KPH)

Potensi (produksi)

Jati

Ciamis

36.087 M3

Cianjur

29.655 M3

Indramayu

9.535,58 M3

Sukabumi

8.403,15 M3

Provinsi Jawa Barat

94.482,36 M3

Pinus

Sukabumi

28.612,82 M3

Kuningan

5.093,88 M3

Bandung Selatan

2.878,12 M3

Provinsi Jawa Barat

48.192,54 M3

Mahoni

Cianjur

13.700,04 M3

Ciamis

7.442,26 M3

Tasikmalaya

4.687,82 M2

Purwakarta

1.817,09 M3

Provinsi Jawa Barat

30.204,88 M3

Accasia Mangium

Bogor

11.544,39 M3

Tasikmalaya

1.877,83 M3

Majalengka

1.620,78 M3

Provinsi Jawa Barat

16.998,72 M3

 
H. Potensi Industri dan Perdagangan

Pada umumnya industri di Jawa Barat berorientasi ekspor, sehingga secara makro dapat meningkatkan penerimaan negara dalam bentuk devisa. Di Jawa Barat kini tersebar 201.953 unit industri, terdiri atas 3.475 unit industri besar dan 198.478 unit industri kecil dan menengah dengan total investasi Rp 125,9 triliun dan menyerap tenaga kerja lebih dari 4 juta orang. Industri kecil dan menengah paling banyak tumbuh di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi. Sedangkan Kabupaten Bandung paling banyak menampung para pengusaha industri besar.

Potensi Investasi Industri Kecil Menengah dan Besar di Jawa Barat (2010)

No

Jenis

Jumlah

Jumlah Tenaga Kerja

1

Industri Makanan dan Minuman

1.134

108.093

2

Industri Tekstil

987

244.209

3

Industri Barang Galian Bukan Logam

765

60.265

4

Industri Pakaian Jadi

663

201.140

5

Industri Furnitur dan Industri Pengolahan Lainnya

529

78.651

 
I. Potensi Pariwisata

Meningkatnya jumlahobyek wisata yang berkaitan dengan potensi Jawa Barat, seperti alam, budaya dan minat khusus secara signifikan menjadi daya tarik wisatawan untuk datang ke Jawa Barat. Jumlah wisatawan yang menginap di Jawa Barat meningkat sebesar 6,51% dari jumlah tahun 2008, khusus wisatawan mancanegara meningkat sebesar 23,69% Kota Bandung masih menjadi tujuan utama wisatawan untuk menginap. Hal ini didukung dengan terus bertambahnya fasilitas akomodasi berupa hotel berbintang 3 di Kota Bandung. Bertambahnya fasilitas ini tentu saja memberi nilai lebih dengan membuka kesempatan kerja dalam bidang perhotelan.

Potensi Pariwisata di Provinsi Jawa Barat

No

Lokasi

Jumlah Wisatawan

1.

Kab.Subang

306.0960

2.

Kab. Bogor

259.7385

3.

Kab. Sukabumi

235.1500

4.

Kota Bandung

189.4218

5.

Kab. Garut

1.828.304

II. BIDANG PERTAMBANGAN

Hampir seluruh wilayah Jawa Barat kaya akan potensi sumberdaya bahan galian tambang seperti batu kapur (54,79%), andesit (22,98%), tanah liat (7,67%), perak (6,45%), perak (3,75%). Jenis bahan galian dengan produksi terbanyak adalah batu kapur sebanyak 19,38 juta ton selama tahun 2008, disusul andesit sebanyak 8,13 juta ton, tanah liat sebanyak 2,71 juta ton, dan perak sebanyak 2,28 juta ton. Jumlah produksi jenis bahan galian lainnya di bawah satu juta ton.

Potensi minyak bumi yang dimiliki Provinsi Jawa Barat pada tahun 2008 sebesar 12.546,28 ribu barel dan terealisasi sebesar 11.270,97 ribu barel. Pada tahun 2006 dan tahun 2008 potensi minyak bumi lebih besar dari realisasi sehingga terdapat sisa cadangan yaitu 99% pada tahun 2006 dan 4 % pada tahun 2008. Sementara gas alam mempunyai potensi sebesar 3,136 triliun kaki kubik dan baru direalisasikan 177,146 miliar kaki kubik.

 Potensi Pertambangan di Provinsi Jawa Barat

No

Lokasi

Jlh. Ijin Usaha Pertambangan

Luas (ha)

 

Kab. Bogor

82

4229,26

 

Kab. Tasikmalaya

42

1110,97

 

Kab. Sukabumi

91

1034,87

 

Kab. Bandung

55

365,2

 

Kab. Bekasi

8

1054,75

 

III. BIDANG ENERGI

Provinsi Jawa Barat menyimpan potensi panas bumi sebesar 6.096 Mw yang terdiri dari 40 titik manifestasi. Saat ini total kapasitas terpasang baru mencapai sebesar 1.057 Mw. Di Provinsi Jawa Barat terdapat 7 (tujuh) WKP, terdiri dari, 4 (satu) WKP Panas Bumi yang telah ditetapkan sebelum terbitnya UU No. 27/2003, yaitu WKP Cibeureum  Parabakti, WKP Pangalengan, WKP Kamojang-Darajat dan WKP Karaha-Cakrabuana dan 3 (dua) WKP Panas Bumi yang telah ditetapkan setelah terbitnya UU No. 27/2003, yaitu WKP Tangkuban Parahu, WKP Tampomas dan WKP Cisolok Cisukarame. Selain itu terdapat pula 2 (dua) pengusahaan panas bumi untuk skala kecil yaitu wilayah Cibuni dan Ciater, Tangkuban Perahu.

Saat ini PLTP yang telah berproduksi di Provinsi Jawa Barat adalah, Chevron G. Salak, Ltd kapasitas 375 Mw, Star Energy Geothermal, Ltd (SEGL) Wayang Windu kapasitas 227 Mw), PT. Pertamina Geothermal Energy (PGE) di Kamojang dengan kapasitas 200 Mw dan terakhir Chevron Geothermal Indonesia, Ltd (CGI) Darajat dengan kapasitas 255 Mw. Total keseluruhan panas bumi yang sudah diproduksikan yaitu sebesar 1.057 Mw.

Proyek investasi bidang energi yang ditawarkan di Provinsi Jawa Barat, antara lain:


Potensi Prioritas Panas Bumi di Jawa Barat

EBTKE—Provinsi Jawa Barat memiliki 4.257 Megawatt (MW) potensi panas bumi prioritas dari potensi panas bumi keseluruhan yang dimiliki yaitu sebesar 5.839 MW. Potensi panas bumi prioritas tersebut berada di dua puluh lima wilayah diantaranya berada di Kamojang (300 MW), Darajat (350 MW), Salak (460 MW), Wayang Windu (600 MW), Karaha Bodas (250 MW), Ciater (90 MW), Cibuni (140 MW), Gunung Patuha (482 MW), Gunung Tangkuban Perahu (190 MW), Gunung Tampomas (50 MW).

Selain itu, di wilayah Cisolok Sukarame (65 MW), Gede-Pangrango (210 MW), Gunung Papandayan (160 MW), Gunung Ciremai (235 MW), Tanggeung (100 MW), Jampang (150 MW), Ciseeng (25 MW), Gunung Pancar (50 MW), Cibingbin (25 MW), Gunung Kromong (50 MW), Ciheuras (25 MW), Cibalong-Cigunung (50 MW), Gunung Galunggung (100 MW), Cilayu (50 MW) serta Subang (50 MW). Dari ke dua puluh lima wilayah tersebut, empat belas diantaranya telah ditetapkan menjadi wilayah kerja panas bumi (WKP) ataupun sudah existing.

Upaya yang telah dilakukan pemerintah daerah (Pemda) Jawa Barat guna mendorong pengembangan panas bumi yaitu menyusun peraturan daerah (perda) no.06/2006 tentang pengelolaan panas bumi dan juklak panas bumi, melaksanakan survey pendahuluan enam lokasi potensi panas bumi sejak tahun 2005 dan di Jawa Barat telah ditetapkan empat WKP panas bumi, bukan hanya itu Pemda juga telah melaksanakan pelelangan di tiga WKP panas bumi (2008) dan tahun 2011 untuk WKP gunung Ciremai serta penerbitan Ijin Usaha Pertambangan (IUP) untuk WKP gunung tangkuban perahu dan cisolok-cisukarame oleh Bupati Sukabumi. Disamping itu, juga usulan penugasan kepada Menteri ESDM untuk lokasi Gede-Pangrango, membangun daya tarik investasi dalam pengusahaan panas bumi melalui promosi pengusahaan panas bumi dalam dan luar negeri, insentif bagi investor dengan tidak dipungut biaya perizinan serta memberikan fasilitas sesuai kebutuhan.

Upaya lain, menumbuhkan multiplier effect untuk percepatan pengembangan wilayah, pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan community development dan juga meningkatkan kemampuan dan peran Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) secara profesional. Optimalisasi pemanfaatan guna mendorong terwujudnya Jawa Barat menjadi center of excellence sebagai pusat kegiatan penelitian dan pengembangan serta pendidikan dan pelatihan panas bumi. Menyusun RPJM sektor energi bersama kabupaten/kota terkait sebagai bentuk fasilitasi kepada pemerintah dalam pengelolaan panas bumi guna mendukung program nasional pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) 10000 MW tahap II, pengawasan lapangan terhadap pelaksanaan kegiatan pengusahaan panas bumi bersama pemerintah pusat dan kabupaten/kota terkait serta penyiapan data-data teknis bersama seluruh pihak terkait sebagai komponen perhitungan dana bagi hasil.

Namun, dalam upaya pengembangan panas bumi di Jawa Barat menghadapi persoalan teknis maupun non teknis. Permasalahan teknis yaitu keterbatasan sumber daya manusia (SDM), tingginya biaya yang dibutuhkan untuk menyediakan data teknis yang memadai untuk proses lelang WKP, optimalisasi pemanfaatan potensi panas bumi melalui pemanfaatan langsung (direct use) dan pengembangan teknologi binary power plant, masih rendahnya dukungan lembaga penelitian dan perguruan tinggi dalam upaya optimalisasi pemanfaatan dan penggunaan komponen impor dan belum ada atau masih rendahnya inentif bagi industri nasional untuk ikut berperan memproduksi berbagai peralatan dan komponen PLTP. Sedangkan permasalahan non teknis yaitu tumpang tindih kepentingan sektor seperti status lahan sektor energi dan sumber daya mineral (ESDM) dengan kehutanan, kondisi psikologis masyarakat lokal untuk menerima perubahan, harga listrik yang masih belum mencapai nilai keekonomian dan masih rendahnya dukungan perbankan nasional dalam tahapeksplorasi.

(http://www.ebtke.esdm.go.id)

 

IV. BIDANG INFRASTRUKTUR

Peluang investasi sektor infrastruktur yang terdapat di Provinsi Jawa Barat antara lain jalan, jembatan, pelabuhan, bandara, pengelolaan limbah, dan industri.  Saat ini ada tiga prioritas pembangunan infrastruktur yang sedang diupayakan, yaitu: Pusat Perdagangan Daging (fasilitas industri) di Kabupaten Bandung; Pengembangan Pabrik Pupuk Organik di Kabupaten Bandung; sera Pembangunan Fasilitas Air Bersih di Kabupaten Indramayu.

Tingkat investasi sarana dan prasarana pendukung bisnis kelautan serta produksi sumberdaya perikanan dan kelautan masih jauh dari potensi yang ada. Di lain pihak, lemahnya kondisi pembudidaya dan nelayan sebagai produsen menyebabkan kurang berkembangnya kegiatan dan pengelolaan industri pengolahan hasil perikanan dan kelautan.

Aspek infrastruktur transportasi terdiri dari transportasi darat, udara dan laut. Pada aspek transportasi darat, salah satu indikator tingkat keberhasilan penanganan infrastruktur jalan adalah meningkatnya tingkat kemantapan dan kondisi jalan. Pada kurun waktu tahun 2003-2007, tingkat kemantapan jaringan jalan provinsi sepanjang 2.199,18 km telah meningkat dari 85,17% menjadi 87,31%. Dengan tingkat kemantapan sebesar 87,31% tersebut, 64,36% dari panjang jaringan jalan provinsi berada pada kondisi sedang. Hal ini disebabkan karena sudah habisnya umur rencana jalan pada sebagian besar ruas jalan provinsi sehingga kondisi struktur jalan menjadi labil. Rendahnya tingkat kemantapan jalan ini juga disebabkan oleh tingginya frekuensi bencana alam serta beban lalu lintas yang sering melebihi standar muatan sumbu terberat (MST). Selain itu, kurangnya jaringan jalan tol, serta belum terintegrasinya seluruh jaringan jalan di Jawa Barat dengan baik termasuk dengan sistem jaringan jalan tol, menyebabkan rendahnya kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur jaringan jalan di Jawa Barat.

Provinsi Jawa Barat memiliki tingkat konsentrasi yang tinggi untuk manufaktur termasuk diantaranya elektronik, industri kulit, pengolahan makanan, tekstil, furniture dan industri pesawat. Wilayah Jawa Barat masih menjadi pusat dari industri tekstil modern dan garmen nasional, berbeda dengan daerah lain yang menjadi pusat dari industri tekstil tradisional. Ekspor utama tekstil, sekitar 55,45% dari total ekspor jawa Barat, yang lainnya adalah besi baja, alas kaki, furniture, rotan, elektronika, komponen pesawat dan lainnya.

Provinsi Jawa Barat memiliki berbagai sarana dan prasarana penunjang diantaranya kawasan industri Gobel yang terletak di Cibitung-Bekasi, Bekasi International Industrial Estate di Cikarang, East Jakarta Industrial Park di Lemahabang-Bekasi;,dan Jababeka Industrial Estate di Cikarang-Bekasi, serta memiliki Pelabuhan Astanajayapura, Pelabuhan Pangandaran, Pelabuhan Gebang, Pelabuhan Khusus Pertamina Balongan dan Pelabuhan Indramayu.

Proyek investasi infrastruktur yang ditawarkan, antara lain:

  1. Investasi pembangunan jalan tol pada ruas dengan skema KPS/PPP/G to P: Cileunyi-Sumedang-Dawuan, nilai investasi USD 466,01 juta; Sukabumi-Ciranjang-Padalarang, nilai investasi USD 510,3 juta; Soreang-Pasir Koja, nilai investasi USD 139,4 juta; Terusan Pasteur-Ujung Berung-Cileunyi, nilai investasi USD 690 juta; Ujung Berung-Gede Bage-Majalaya, nilai investasi USD 630 juta;
  2. Pembangunan Bandara Internasional Kertajati-Majalengka, nilai investasi USD 1.406 juta   dengan skema PPP/G to P;
  3. Pelabuhan Laut Cilamaya-Karawang, nilai investasi USD 940,5 juta dengan skema PPP/G to P;
  4. Terminal Terpadu Gedebage, nilai investasi USD 25 juta dengan skema G to P;
  5. Jaringan kereta api Rancaekek-Kertajati, nilai investasi USD 170 juta dengan skema G to D dan G to P;
  6. Pembangunan TPA Terpadu dan Fasilitas Pengolahannya untuk wilayah Depok dan Bogor, nilai investasi USD 40 juta, serta untuk wilayah Bandung Raya, nilai investasi USD 68 juta dengan skema PPP/G to P;
  7. Bandung Solid Waste Management senilai sekitar US$86,0 juta;
  8. Jatiluhur Water Supply di Jawa Barat senilai sekitar US$189,3 juta;
  9. Pondok Gede Water Supply di Kota Bekasi senilai sekitar US$22,4 juta;
  10. Proyek-proyek penyediaan air bersih lainnya dengan nilai USD 1 juta hingga USD 377 juta dengan skema PPP/G to P.

Penetapan investasi unggulan di Jawa Barat dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahapan-tahapan tersebut mempertimbangkan aspek kebijakan pada tingkat pemerintahan pusat dan usulan pemerintah daerah berdasarkan potensi wilayah seperti telah dijelaskan sebelumnya. Desk study dilakukan untuk mengkaji dokumen-dokumen yang telah ada mencakup aspek kebijakan investasi di tingkat pemerintah pusat dan potensi daerah yang menyangkut bidang pangan, energi dan infrastruktur di Jawa Barat.

Berdasarkan FGD yang dilakukan oleh BKPMD Provinsi Jawa Barat, informasi yang diperoleh dalam kunjungan ke dinas/instansi terkait serta konsultasi dengan Pemerintah provinsi, diperoleh judul investasi yang diprioritaskan untuk dipasarkan kepada investor, yaitu: